Aku bukan aku


Aku bukan aku….aku juga bukan dirimu…bayangan semu membawaku terbuai dalam Alam duniawi. Semua KEINDAHAN palsu menatap Dan menarikku ke dalam lubang keistimewaan. Seakan terbang tetapi jatuh seakan melayang tetapi menggantung..membuat diriku Tak Nyaman atas to Dan jiwa ini. Ku temukan ABADI tapi lelah mencari. Tetap ku tersenyum diantara penderitaan sang pejalan..aku tahu diriku dibawa olehNya

Sebagian KecilMu


Bangun Dan termenung mencari hati yang merangkak pergi. Kala pagi sudah menembus tirani cakrawala. Angin dengan sibuknya memberontak mengibaskan lembutnya. Semuanya telah pergi dalam kepahitan kenyataan. Tersisa jerih payah pujangga malam menitik air kerinduan. Saat putaran waktu berbalik menyerang detik. Aku hanya bersimpuh di hadapanMu ya Rob…..Aku Tau aku hanya sebagian kecil …..

Maafkan ku Tuhan


Kelahiran Sang Dewi penyesalan menyibak semua mistery keadaan. Ku melangkah menyinari waktu yang akan diambil semua olehNya. Perbuatan Sang Durjana menyisakan aku dalam penderitaan. Lingkaran api kenyataan menepukku untuk memperliatkan rasa Indah dalam kepedihan. Kesadaran hakiki menelan semua keiblisan menyisakan setitik cahayaMu. Tuhan ..Maafkan Jiwa Dan Roh..

Pejalan


Penyesalan cerita diakhir membuat perjalanan menjadi lelah Dan Tak seindah rembulan. Kala mentari waktu itu meredup disaat ku berjalan mendaki rasa yg bimbang. Ku sentuh bibir kenyataan terasa pedih menyayat kalbu. Waktu tidak bisa ditebus dengan kematian. Kenangan mendaki kelembutan yang hilang dibawa angin keinginan. Disaat bimbang hanya Ada kepala amarah Dan keegoisan duniawi. Wahai pejalan….temukan diri diantara kekecewaan Dan penderitaan…

Bekas kekasihku


Gelap semakin membuat ku teringat dirimu oh Tuhan. Saat saat indah telah menjadi kenangan. Ketika kulangkahkan kaki keluar dari rohku seperti mencari peraduan dirimu. Tetesan air mata membasahi kalbu ketika ku lihat gambar dirimu memandangku acuh. Gemuruh dadaku menyambut datangnya esok. Angin senja meniupkanku seperti berbisik dan menyapa …oh….tak kuatku menahan semua. Ketika hari tenggelam seperti menelan  bidukku. Tak seperti dulu kurasakan hangatnya pelukkan dan ciuman sang dewi. Cintaku hilang mencari dirimu yang tak kunjung mengiba. hai sang pujangga kemanakah kau menelanku…….

Setengah Jiwaku Hilang


perjalanan ini  menyisakan kerikil kerikil tajam tak bertuan. termenungku di bale depan rumah yg termakan usia dan beribu kenangan…..malam ini hanya suara jangkrik dan lolongan anjing yg lapar hendak memanggil tuannya untuk kembali diperaduan. Takdir dan kejadian memang sejalan dengan impian dikala semua gelap menjadi terang. mimpi sang putri tak sebatas angan….semua karunia menjadikannya nekat berperang dengan keinginan. Lambat tapi bersikokoh tatapan murni sang perindu cinta menyadarkan aku akan dunia buatan yang akan membakar jiwa.dan badannya. Jauh sudah setengah jiwaku pergi tanpa ku sadar kau sangat berarti……meratap senja menjalani sendiri tanpa hadirnya sang pujaan hati….perih tapi harus ku melangkah…

Takdir dan Asa


Sepi disaat semua angan tertidur menyepi memeluk kalbu. Tersentak mengiringi kabut noda sang malam yang rapuh menyadari buasnya hitam mengelilingi asa. aku hanya diam tak berkeinginan di perempat pagi. sebuah kata terluncur rapih diantara kering hati dan keruhnya masa. ohhh…..apakah takdirku akan terbawa oleh rasa…..atau masaku telah hilang…..Ya Tuhan aku hanya bersimpuh…..

perasaan kepadamu…..salah atau benar


aku manusia tak berdaya diantara tumpukan napas cinta…..bunga kamboja dan mawar seakan seiringan menarikku ke dalam sesaknya derita.
malam ini dingin mengaliri serat2 nadi yg berdiri tak kuasa bertahan demi sang darah hitam …..oooo hitam dan putih hanya pemilihan kecenderungan yg membuat hati tak tergoyah.aku adalah aku….sang perindu yg mengharapkan nafas cinta bak dewi dewi turun menghentakkan rasa yg dulu pernah ada.pertarungan jiwa yang suci membelah sanubari…..mengikis kesadaran….melayangkan ingatan dan memori sang dewa rasa…..salah dan benar tidak ada batasan di cinta……

Sebatas Angan


Matahari pagi menelan dingin sang subuh yang terlebih dahulu memejamkan auranya. Ku pergi menyambut kenyataan yang tak ingin ku raih. Seperti mimpi ketika nyawa tak melihat keindaham sang malam. Ku buka lembaran cinta seakan pergi.menyaksikan kenangan pahit tertawa merajut asa. Hanya sebatas angan bisa memiliki jiwamu sang rembulan…..

 

Harapan yang semu


Pertama bertemu seakan tak ingin mengenal jiwa sang pujaan hati. Berjalan waktu menghampiri keinginan , menyadari keterbatasan hanya ada semu berbatas cahaya……aku luluh oleh jiwa mu…..tak biasa aku seperti dewa-dewi….yang mengatur semua pengarangan kehidupan. Pahit manis tak seperti  logika…hittam putih menyadari kenyataan….untukmu yg pernah singgah…..mungkinkah kau bisa menjadi bagianku……lelah ku berharap menyatu dengan keajaiban…..jalani percikan roh yang telah menyatu…aku hanya berharap bersatu….tapi tidak semu…….untuk mu yg jauh…..

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

Biru Senja

Pecinta Biru

BELAHAN JIWA

Manusia Tercipta Karena Kasih Sayang

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.